Gerakan Wahabi semakin mengancam akidah umat Islam di Indonesia. Faham-fahamnya yang keras dan tidak bertoleransi dengan lokalitas umat Islam di Indonesia mulai dilancarkan. Salah satu strateginya adalah menyusun kitab kuning, kemudian dihadiahkan kepada kiai-kiai di Indonesia.
Demikian disampaikan ulama Kharismatik asal Kudus KH Sya’roni Ahmadi dalam acara haul Masyayikh Madrasah Qudsiyah dan KH Ma’ruf Asnawi, Jumat (4/9), di gedung Yayasan Masjid Menara dan Makan Sunan Kudus.
Kiai Sya’roni mengaku telah dikirimi pemerintah Saudi Arabia kitab-kitab berfaham Wahabi. Menurutnya, judul kitab yang diterimanya hampir sama dengan kitab-kitab yang berfaham ahlusunnah wal jama’ah. Ia menyontohkan kitab yang sama, yakni Fathul Majid yang berhaluan ahlusunnah, karangan Imam Nawawi Al Bantani.
Selain menyoroti tentang kitab, ia juga memberikan keterangan tentang identitas Ibn Taimiyah. Pasalnya, Ibn Taimiyah yang selama ini dikenal ternyata tidak hanya satu. Dan yang paling bahaya, salah satu dari orang yang terkenal dengan Ibu Taimiyah faham pikirannya tidak sesuai dengan ahusunnah waljama’ah.
“Ibn Taimiyah yang generasi ketiga, yakni Ahmad Ibn Taimiyah pola pikirannya sangat keras, sedikit-sedikit mengharamkan,” terangnya.
Ibn Taimiyah generasi pertama bernama Al Majdu Ibn Taimiyah, generasi kedua Abdul Halim Ibn Taimiyah. “Yang ketiga tersebut faham pemikirannya sudah berbelok, maka kita harus waspada dengan kitab dan pengarang kitab yang akan dipelajari, khususnya oleh warga Nahdiyin,” paparnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar